Rizqi's Logo

Think, write, repeat.

Currently Reading

  • Shape Up
    Shape Up: Stop Running in Circles and Ship Work that Mattersby Ryan Singer, Jason Fried
June 22nd, 2013

Chit-chat with kang Dicky Sukmana di kelas AkberMlg

Chit-chat with kang Dicky Sukmana di kelas AkberMlg

Scrolling timeline twitter sudah menjadi kegiatan rutin bagi saya. Dari sana saya sering mendapat informasi atau hanya sekedar bahan bacaan random. Kali ini saya melihat salah satu tweet dari @EventMalang yang menginformasikan adanya kelas akber (Akademi Berbagi) di Houtenhand cafe dengan pemateri Kang Dicky Sukmana. Kang Dicky lebih dikenal sebagai “tukang kaos” founder distro Invictus, salah satu distro tertua di Indonesia dan bisa dibilang cikal bakal distro di Indonesia. Tapi sebenarnya 5 tahun ini Dia sudah tidak terjun langsung mengurusi bisnis distronya, tapi sudah beralih ke Digital Agensi dan hal-hal lain yang dia anggap sebagai “mainannya”.

Oh iya sebelumnya saya belum pernah mengikuti kelas akber di malang, karena temanya soal “Creativepreneur” dan pematerinya yang gue pikir capable di bidang itu, makanya saya ikut. Dan ternyata kelas akber yang diadakan pada hari itu adalah dadakan karena kebetulan Kang Dicky lagi di Malang untuk event Kickfest. Jadi disana lebih ke cerita-cerita dan saling ngobrol asyik.

Dalam tulisan kali ini saya mencoba merangkum beberapa poin  yang saya dapat dari ngobrol asyik bersama kang Dicky Sukmana di kelas akbermalang. Poin-poin itu diantaranya;

  1. Kebanyakan ide berasal dari iseng.

    Kebanyakan ide yang didapet Kang Dicky biasanya berawal dari keisengan. Contohnya saat dia bikin @infobandung. Alasan dia bikin akun twitter @infobandung adalah saat Google nggk bisa jawab pertanyaan “Dimana sih tambal ban yang masih buka di sekitar jalan Sukarno-Hatta?”. Dan akhirnya dia bikinlah @infobandung dengan harapan kalau ada yang tanya ke @infobandung yang jawab pasti banyak.

    Dari situ Dia ditawari menjadi admin akun twitter salah satu brand snack ternama. Ketika ditanya soal bayaran, Kang Dicky masih belum bisa ngasih harga pasti, karena dia pikir ngetweet adalah hobi dan tidak ada guideline buat dia harus ngetweet apa, dia bilang sih “ngetweet semau gue” dan orang dari brand snack pun bales bilang “bayar semau gue kalau gitu”. Jadi tidak ada nominal pasti saat itu untuk tarif jasa menjadi admin akun twitter dengan tujuan bisnis. Setelah beberapa bulan develop akun tersebut, bayaran yang tadinya dijanjikan “semau gue yang bayar” menyebutkan angka yang tidak terbayangkan, bisa jadi 3 kali lipat dari angka yang pernah dibayangkan oleh Kang Dicky. Dari sana dia mulai sadar kalau kegiatan ngetweet pun bisa menghasilkan duit.

  2. Ketika bosan tinggalin, apalagi bosen itu bikin kalian tertekan

    Saya kira saya adalah orang yang paling membosankan karena sering merasa bosan, dan saya sempat bepikir apa ada yang aneh dengan diri saya? Ternyata tidak, bosan itu manusiawi. Kalau kata Kang Dicky kalau kita uda mulai bosan lebih baik kita tinggalkan kegiatan itu, nanti juga kangen kayak pacaran gitu. Apa lagi kalau uda bosan plus tertekan, harus cepet-cepet tinggalin itu, daripada kita cuma buang-buang waktu disitu dan pastinya kita nggk akan maksimal disitu. Masih banyak kegitan lain yang menunggu untuk kamu kerjain dengan maksimal dan sepenuh hati.

  3. Klasifikasi client

    Disana kita juga sempet ngobrol-ngobrol soal kerjaan yang kita lakuin. Ada kesamaan diantara kami *etjiee sayangnya bukan rate *ahahaha, tapi klien. Kita sama-sama memperkerjakan diri kita buat klien, bedanya Kang Dicky dapet klien kelas kakap, kalau saya kelas teri :P. Dia mengklasifikasikan klien menjadi beberapa tipe;
    a. Klien yg pinter dan punya duit
    b. Klien pinter tapi ga punya duit
    c. Klien bodoh tapi punya duit
    d. Klien bodoh tapi ga punya duit (klienbangke)
    Dari 4 jenis klien tadi tentunya paling enak dapet klien jenis (a) dan yang paling ga enak dapet klien jenis (d) atau biasa kita sebut #klienbangke. Kalau uda dapet klien kayak gitu mending kita pecat aja dia jadi klien. Ahahaha.

  4. Punya produk tapi kenapa masih nglient?

    Saat ini saya berada dalam keadaan bosan nglient dan lagi pengen punya produk. Yang saya binguin disini kenapa orang-orang besar yang sebenernya dia sudah punya produk tapi koq masih mencari klien? Kalau menurut kang Dicky itu bisa jadi pengalihan kebosanan, ketika kita bosen bekerja dengan klien kita bisa bikin produk begitu juga sebaliknya. Namun produk juga butuh makan sebelum dia besar dan menghasilkan, cara ngasih makannya adalah dari duit si klien. Kalau emang kita uda punya duit buat ngasih makan produk kita ya ga usah nglien bisa.

    Disini saya punya pendapat sendiri sih, ketika kita uda punya produk dan produk itu udah well known kita bisa aja mencari klien dan pilih-pilih klien. Atau bahkan kita bisa nyari klien yang jenis (a) saja. Jadi menginvestkan waktu, tenaga dan materi untuk memfokuskan diri building product itu ga ada ruginya.

  5. Jangan cari uang tapi cari materi. Semesta mendukung

    Ini saya yang agak kurang ngerti. Apa bedanya uang sama materi? Yang dijadikan contoh sama kang Dicky disini adalah targetnya bukan uang tapi barang atau tujuan lainnya. Misalnya kita punya cita-cita pengen beli electrik gitar. Nah yang dijadikan semangat buat kerja disana ada barang itu tadi. Kalau kita punya keinginan yang spesifik tidak hanya ingin uang tapi uang itu buat apa itu kita akan lebih bersemangat untuk mencapai itu dan semesta pasti mendukung.

    Contoh lainnya adalah ketika kang Dicky pengen keliling Indonesia gratis. Apa yang dia lakuin biar cita-citanya terwujud? Dia fokus dengan bisnis kaosnya dan tetep membayangkan di bisa keliling Indonesia gratis. Dan memang semesta mendukung, suatu hari dia di kontak oleh salah satu artist yang akan mengadakan tour keliling indonesia dan membutuhkan wardrobe untuk itu semua. Karena dia sanggup untuk menuhin itu, dia dimasukan dalam list tour team artist. Dan nggk nyangka dia bisa keliling Indonesia gratis, nggk gratis sih dia masih ngeluarin kaos untuk biaya itu, eh tapi itu juga termasuk promosi, jadi bisa dibilang gratis :D.

  6. Testing pasar sebelum bikin produk (penipu)

    Kali ini kang Dicky jelasin trik untuk testing pasar sebelum membikin produk atau membuka suatu usaha. Yang dia contohkan untuk kasus ini adalah temannya yang ingin buka salon untuk anjing. Karena bianya untuk membuka salon anjing itu tidak murah sempat menyurutkan niatnya karena takut nanti nggk ramai dan rugi ujung-ujungnya gulung tikar.

    Jadi trik apa yang dilakukan untuk testing pasar (dalam hal ini pasar untuk salon anjing)? Dia mencetak brosur dan disebarkan di perumahan-perumahan elit di Bandung. Setelah di pagi harinya dia menyebar brosur siang harinya ada 3 orang penelpon yang menelpon meskipun hanya sekedar tanya harga dan sistemnya seperti apa. Dari situ sudah bisa kita lihat bahwa ada peminat dengan dibukanya salon anjing nanti, meskipun sebenarnya salonnya pun belum ada. Keesokan harinya ada pelanggan yang minta disalonkan anjingnya. Disini dia memakai sistem delivery service (antar-jemput) biar ga ketahuan kalo salon sebenernya belum ada dan disalonkan ke tempat lain sebenarnya.

    Karena melihat kalau pasar untuk salon anjing itu ada maka dia memutuskan untuk membuka salon anjing yang sebenarnya. Begitulah kira-kira salah satu cara untuk testing pasar kalau kita ragu untuk membuat produk atau membuka usaha.

Nah kurang lebih seperti itu sih obrolan asyik nan singkat sama kang Dicky. Mungkin ada beberapa yang saya tambahin, kurangin atau karang dikit. Soalnya agak lupa juga kata-kata pastinya, maklumlah manusia. Tapi intinya gitu lah :)

Powered byGatsby+❤️